Penulis : Mhimi Nurhaeda Demmu dan Athe’ Lathief
Editor : Nina Firstavina
Penerbit : Udara Publishing, Makassar
Distributor : OMI Production
Tahun terbit : 2011, Desember
Tahun terbit : 2011, Desember
Cetakan : Pertama
Tebal buku : Cover 1 (ix, 126 halaman) + Cover 2 (x, 170 halaman)
Dimensi buku : 205 mm x 147 mm x 17 mm
Kategori : Cerita fiksi
ISBN : 978-979-780-591-9
Kuharap kita punya cerita lain selain kenangan
(Journey – Ksatria Peri Dari Negeri Bawah Tanah Chapter 15 – Ksatria Peri Dari Negeri Bawah Tanah, halaman 123)
Aku menulis tentang dia,
Aku menulis tentang kita,
Aku menulis tentang cinta,
Tapi, aku lupa menulis tentang kematian
(Journey – Ursa, Beruang Kecil, Chapter 20 – Obituari Untuk Nawa, halaman 152 - 153)
Kutipan di atas merupakan penggalan favorit dari masing-masing bagian cover
Journey, dimana novel ini menjadi media pengungkapan pandangan dari
kedua penulis yang memiliki aksen berbeda. Mereka merajut cinta dengan
cara masing-masing, jatuh cinta dengan alur tak sama, mengasihi dengan
ekspresi yang berbeda. Novel ini menjadi kaya akan perwujudan dari
olahpikir mereka. Baik Mhimi maupun Athe’ nampak leluasa menuangkan
perjalanan cinta mereka, membuat kita menjadi Shea sekaligus Ursa.
Ini
bukan karya yang mengawinkan 2 tokoh atau kisah, mereka berjalan di
rute masing-masing dengan saling menggenggam erat tangan satu sama
lain. Gaya Mhimi Nurhaeda Demmu yang spontan, segar, dan mendalam namun
pada novel ini mampu hadir dengan sosok baru, sensitif, melankolis, dan
menjadi wanita pejuang cinta. Shea menjadi perwujudan dari wanita
kekinian yang ingin digambarkan Mhimi. Mengejar cintanya ke berbagai
pelosok bumi, memungut serpihan-serpihan kenangan yang tidak sedikit
mengorbankan air mata pun juga gelak tawa, menampakkan sisi tegarnya,
dan bagaimana dia hidup dalam setiap kenangan masa kecil dan cinta masa
lalunya.
Athe’ Latief yang meski terbilang baru terjun
dan menjadi ‘basah’ dalam dunia penulisan mampu mempersembahkan karya
berbobot, syarat dengan nilai-nilai kehidupan dan spiritualitas. Penulis
yang satu ini menghantarkan kita menikmati lembar demi lembar dari
perjalan Ursa Minore, membuat pembaca begitu jelas dengan penggambaran
tokoh dan kisah yang dipersembahkan, seolah-olah sosok Ursa sendiri yang
bercerita tentang dirinya.
Konsep satu buku dengan 2 cover
memang bukan yang pertama. Namun, identitas dari novel ini tertumpu
pada dua penulis yang menceritakan tokoh mereka dengan alur mereka
masing-masing. Ini seolah mengupas isi otak 2 orang dengan sebuah
masalah yang sama. Ini bukan tentang sebuah buku yang digabung antara
jilid 1 dan 2 tapi sebuah buku dengan satu masa, satu hal mengenai cinta
akan tetapi punya kediriannya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari sudut
pandang yang digunakan untuk membangun karakter Shea adalah buah
pikiran Mhimi yang sejatinya memang seorang wanita dan bagaimana dia
memaknai perjalanan cinta itu sedangkan peran Ursa yang disetting apik oleh Athe’ juga menampakkan karakternya sendiri.
Dengan
membaca novel ini pembaca diajak untuk mengetahui bagaimana seorang
pria dan wanita memaknai cinta. Bagaimana rasanya dicintai oleh seorang
pria atau wanita? Pihak mana yang begitu emosional ketika dilanda
cinta?