Tentukan masa depan anak sejak
dini? Bagaimana caranya? Siapa yang tidak menginginkan memiliki anak atau
keturunan yang memiliki banyak bakat atau potensi unggul. Ternyata untuk
memiliki anak yang cerdas, maka sang ibu cukup hanya dengan tekun memberi ASI
eksklusif kepada sang anak. Nutrisi terbaik yang diperoleh sang bayi saat masa
pertumbuhannya sangat mengambil andil besar dalam penentuan masa depannya
kelak. Anak yang sejak dini memiliki perkembangan otak yang baik dan tubuh yang
sehat pastinya lebih berkualitas jika dibandingkan dengan anak yang kurang
sehat dan sangat lama kemampuan merespon sesuatunya. Anak yang aktif dapat
dimiliki dengan kemampuan otak yang baik. Keaktifan anak justru
menghantarkannya pada gerbang pengetahuan yang lebih luas lagi. Dan di sinilah
ASI eksklusif memainkan perannya.
Mangrove Action Project (MAP) Indonesia dalam memperingati hari Mangrove sedunia pada tanggal 26 Juli
lalu melaksanakan beberapa kegiatan. Salah satunya yakni penaburan ribuan benih
mangrove di pulau Tanakeke, kabupaten
Takalar.
Mangrove Food Web Sumber : shorecrest.org |
Makassar - Sebagai wujud partisipasi dalam
memperingatii hari Mangrove internasional yang jatuh pada tanggal 26 Juli,
perdana Mangrove Action Project (MAP) Indonesia menyelenggarakan acara
sosialisasi di Anjungan Pantai Losari, Makassar.
“Hari ini kami memperingati hari
Mangrove internasional yang diperingati secara bersamaan di seluruh dunia. Di
sini belum pernah ada yang merayakannya. Kami sebagai lembaga yang fokus di
lingkungan, khususnya mangrove, mencoba menggunakan momen ini sebagai ajang
publikasi ke masyarakat luas,” ujar Project Director MAP Indonesia, Ratnawati
Fadillah saat ditemui di Anjungan Pantai losari.
Project Director MAP Indonesia, Ratnawati Fadillah Bersama Tim |
Lanjutnya lagi, “Hal yang paling
urgen sebenarnya adalah penyadaran lingkungan kepada masyarakat karena mangrove
sangat penting peranannya bagi lingkungan terutama untuk wilayah pesisir.”
Acara yang berlangsung sejak
petang ini turut merangkul berbagai pihak, seperti lembaga sosial masyarakat, media, dan para mahasiswa
fakultas Kehutanan, Perikanan Kelautan, dan Biologi Universitas Hasanuddin,
juga dari Universitas Muhammadiyah dan Universitas Negri Makassar.
“Kegiatan ini juga mengundang
anak-anak yang kesehariannya berada di sekitar Anjungan dan kami juga secara
khusus mengajak anak-anak SD Ongkoa kabupaten Takalar untuk turut serta
memeriahkan acara ini dengan mementaskan akasi treatikal tentang kondisi
mangrove di desa mereka,” tambah Ratnawati.
Sosialisasi dengan tema “Save Our
Mangrove” ini berupaya untuk mengajak segala pihak, baik masyarakat maupun
pemerintah untuk peka terhadap isu mangrove, sehingga upaya pemeliharaan
mangrove dapat berlangsung dengan baik, bukan dengan terus dilakukannya
penanaman mangrove. Namun, pada akhirnya hanya sekitar 10% saja yang berhasil.
Ratnawati menjelaskan, “Acara ini
dimulai dengan pendeskripsian kondisi lingkungan sekitar saat ini, lalu
dilanjutkan dengan kampanye poster yang berisi 15 fakta tentang kondisi riil
Indonesia dan Sulawesi Selatan meliputi pengelolaan mangrove, kondisi
tambak, dan bagaimana pihak pemerintah tidak
konsen dengan isu mangrove.”
Diakhir wawancara, Ratnawati juga
menyampaikan kegiatan lain yang dilaksanakan MAP Indonesia yang dilaksanakan
tepat di hari Mangrove internasional itu.
“Tidak hanya di Anjungan Pantai
Losari, MAP juga melakukan penaburan benih mangrove di pulau Tanakeke kabupaten
Takalar,” tandasnya.
*Gambar merupakan koleksi pribadi
Tulisan ini juga dimuat pada readersblog.mongabay.co.id
*Gambar merupakan koleksi pribadi
Tulisan ini juga dimuat pada readersblog.mongabay.co.id
Suasana Workshop |
Koordinator Program OMP Media, Kinerja USAID di Sulsel dan juga Direktur JURnaL Celebes, Mustam Arif menyatakan, ”Workshop PPID dilaksanakan sebagai upaya penguatan PPID serta forum tukar pengalaman antara lima PPID di lima kabupaten atau kota masing-masing; Makassar, Bulukumba, Barru, Luwu, dan Luwu Utara dalam pembentukan dan pengembangan PPID.”
“Pengembangan PPID di lima daerah ini merupakan
dampingan JURnaL Celebes sebagai Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) Media Program
Kinerja USAID di Sulawesi Selatan,” tambah Mustam.
Sesuai konsep yang ditawarkan, workshop ini dapat
menjadi ajang share pengalaman dan
wahana pengetahuan berkaitan dengan keterbukaan informasi yang langsung
disampaikan oleh narasumber dari Komisi Informasi Publik (KIP) Sulsel yakni
Ketua KIP Sulsel, Aswar Hasan, dan Komisioner KIP Sulsel, Mattewakan Monga.
Mustam menuturkan, “Konsep awal dari workshop ini
untuk menjadi ajang tukar pengalaman dalam pembentukan PPID, bagaimana proses
di masing-masing PPID, apa kendala, apa solusi, serta pembelajaran-pembelajaran
yang akhirnya bisa direplikasi di masing-masing PPID, mekanisme pelayanan
informasi publik, dan rata-rata belum disahkan.”
Diutarakan Mustam lebih lanjut tentang kendala yang ditemui
dalam pembentukan PPID, “Kendala yang cukup dirasakan adalah kurang seriusnya
pemerintah daerah memebentuk PPID. Hal ini karena UU No.14 Tahun 2008 tentang
keterbukaan informasi, tidak teguas diikuti dengan regulasi teknis yang tegas
mengatur sanksi dalam implementasi, sehingga pihak pemerintah daerah kemudian
merasa tidak terlalu penting membentuk PPID.”
Kendala lain yang ditemukan di kabupaten
masing-masing, yakni belum mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak pemerintah
masing-masing, terutama pada wilayah pembiayaan PPID, asumsi tentang keberadaan
PPID hanya sebatas tugas tambahan ataupun mutasi jabatan.
Salah Satu Peserta Workshop Menerima Sertifikat dari Mustam Arief |
Mustam mengakhiri sesi wawanacara dengan menyatakan, “Meski
demikian, harapan OMP Media, hingga akhir tahun ini, lima PPID di lima daerah
ini sudah bisa melaksanakan praktik pelayanan informasi sesuai SOP.”
Tulisan ini juga dimuat pada Kompasiana.com
*Semua gambar yang disertakan merupakan koleksi pribadi penulis
Tulisan ini juga dimuat pada Kompasiana.com
*Semua gambar yang disertakan merupakan koleksi pribadi penulis
Para Narasumber Talkshow Yang Dipandu Rezki Mulyadi Sumber : Oxfam Sulsel |
Media communicatioan officer dari Oxfam, Alauddin Latief, selaku pihak yang
berkompeten pada kegiatan ini mengatakan, “Sebelumnya, memang telah ada renstra
pesisir, namun kekurangannya karena tidak melibatkan masyarakat pesisir. Saat
ini kita melibatkannya, agar mereka lebih merasa memiliki dan menjadi bagian
dari apa rencana kerja pemerintah dalam penyusunan renstra 5 tahun ke depan.”
“Kegiatan ini mengundang berbagai
pihak seperti dari praktisis dan pemerintahan, agar nantinya kita dapat
menyamakan persepsi kita tentang konsep partisipatif yang sebenarnya,” lanjut
Alauddin.
Seorang Peserta Talkshow Ikut Berpatisipasi Sumber : Oxfam Sulsel |
Kegiatan yang berlangsung pada
hari Sabtu, 29 Juni 2013 ini dipandu oleh Rezki Mulyadi dari Mercurius FM secara
live dengan menghadirkan Kepala
Bappeda Maros, Andi Danuri, Wakil Ketua DPRD kabupaten Maros, Chaidir Syam,
Oxfam Indonesia, Agustinus Wahyu Arianto, dan Pengamat Pelayanan Publik, Arief
Wicaksono sebagai narasumber.
Dari pihak Oxfam Indonesia,
Agustinus Wahyu Arianto menjelaskan, “Keterlibatan masyarakat pesisir dalam
penyusunan renstra sebagai pihak yang mengetahui kondisi masyarakat masih dinilai
minim. Padahal masyarakat adalah pihak yang mengetahui dengan jelas apa yang
menjadi kebutuhan mereka.”
“Upaya peningkatan kualitas hidup
bagi masyarakat pesisir telah lama dilakukan Oxfam di 4 lokasi selama 3 tahun
terakhir ini. Penguatan yang dilakukan pada masyarakat pesisir di kabupaten
Maros, Pangkep, Barru, dan Takalar lebih pada bagaimana mengajak masyarakat
untuk berfikir kritis terhadap kondisi sekitarnya, menggali potensi yang dimiliki,
dan memandirikan masyarakat,” lanjut Agustinus Wahyu.
Para Peserta Yang Mengikuti Talkshow Sumber : Oxfam Sulsel |
Di sisi lain, pemerintah sebagai
pihak yang dengan bersinggungan dengan
masyarakat pesisir mengungkapkan kendala yang ditemui di lapangan. Dimana data
yang tidak ter-up-date bisa menjadi kendala utama dalam pelaksanaan
program kerja.
Kepala Bappeda Maros, Andi Danuri
menjelaskan, “Antara apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan apa yang diingikan
pihak pemerintah dalam hal ini program kerja tidak sesuai disebabkan karena
ketidaklengkapan data.”
Terlihat Peserta Talkshow Bahkan Memenuhi Teras Warkop Sumber : Oxfam Sulsel |
Pertimbangan berbeda juga diutarakan
Wakil Ketua DPRD kabupaten Maros, Chaidir Syam, “Dalam hal ini perlunya dilakukan
evaluasi untuk renstra bagi masyarakat pesisir sehingga kita mengetahui sejauh
mana hal yang telah dilakukan dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
sebenarnya.”
“Banyak hal yang bisa kita
lakukan terkait dengan masyarakat pesisir, misalnya saja dengan mengurangi angka
kemiskinan yang bisa ditempuh dengan
memandirikan para wanita baik itu ibu rumah tangga untuk ikut serta dalam
meningkatkan kondisi ekonomi rumah tangga,” ungkap Chaidir Syam.
Warung Kopi Bagas Didaulat Sebagai Tempat Pelaksanaan Talkshow Sumber : Oxfam Sulsel |
Talkshow ini diakhiri dengan
kesimpulan betapa perlunya semua pihak baik itu pemerintah daerah, lembaga
swadaya masyarakat, baik yang lokal maupun luar, partai politik, media, dan
masyarakat termasuk kelompok pemberdayaan agar kiranya sama-sama bergandengan
dalam penyusunan renstra dan dalam pelaksanaan peningkatan penghidupan
masyarakat pesisir. Selain dari itu, adanya transparansi tentang renstra kepada
hal layak juga menjadi poin penting.
Tulisan ini juga di-posting pada Kompasiana.com
Tulisan ini juga di-posting pada Kompasiana.com