Saat Itu Hanya Isyarat - Rectoverso 5

By Surya R. Labetubun - April 03, 2013


Sumber gambar: kapanlagi.com


"Aku mulai berkisah, tentang satu sahabatku yang lahir di negeri orang lalu menjalani kehidupan keluarga imigran yang sederhana. Setiap kali ibunya hendak menghidangkan daging ayam sebagai lauk, ibunya pergi ke pasar untuk membeli bagian punggungnya saja. Hanya itu yang mampu ibunya beli. Sahabatku pun beranjak besar tanpa tahu bahwa ayam memiliki bagian lain selain punggung. Ia tidak tahu ada paha, dada, atau sayap. Punggung menjadi satu-satunya definisi yang ia punya tentanga ayam.

... Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa."
(Kutipan dari kisah sedih yang diceritakan Al kepada teman-temannya saat duduk di samping Raga pada waktu mereka berlima sedang berlomba)
*** 

Sesuai dengan judulnya, hanya isyarat mengisahkan percintaan di balik panggung. Cinta diam-diam yang bertumpuk lama namun membuai pecintanya. Seorang wanita yang hanya mampu melihat prianya tanpa pernah berhasil menggapainya. Sebuah cinta dimana hanya bisa diisyaratkan kepada alam. Ini seperti menitip rindu pada angin dan membiarkan angin menyebarkan kerinduan itu, mungkin hingga sampai kepada seseorang yang memang dirindukan. Wanita pecinta itu bernama Al yang diperankan Amanda Soekasah dan berhak mendapatkan 2 jempol. Seorang wanita pendiam, sediam arca.

Film ini diawali dengan sosok Al yang ikut berpetualang dengan orang-orang pada sebuah grup. Gabung dalam sebuah milis (mailing list) dan bertemu dengan orang-orang baru dengan beragam latar belakang membuat Al merasakan sisi lain dari kehidupan. Disitu pulalah Al menemukan sosok yang begitu dicintainya, Raga namanya. Raga yang diperankan Hamish Daud dikisahkan sebagai seorang backpacker yang senantiasa wara-wiri dalam sebuah pencarian. Dia nampak sebagai pria misterius dengan segenap pesona yang begitu menyilaukan mata.

Perjalanan demi perjalanan mereka lalui, namun sayang Al hanya mampu hadir menjadi bayangan. Menatap dari kejauhan. Melukisnya diam-diam. Bahkan di antara semua itu, Al juga tak mengetahui warna bola mata Raga, entah coklat, hijau, atau biru mungkin.

Kisah ini akhirnya sampai pada sebuah scene dimana pada akhirnya Al duduk bersama dengan Raga dan teman-temannya. Beruntungnya Al duduk tepat di samping Raga. Dengan ajakan dari seorang temannya, akhirnya mereka sepakat memainta sebuah perlombaan. Lomba mengisahkan kisah yang paling sedih yang pernah mereka alami dalam kehidupannya.

Satu demi satu dari mereka memulai kisahnya, ada yang berkisah tentang perjalanan percintaannya, tentang sahabat, dan kisah yang paling ditunggu Al. Raga pun berkisah tentang kehidupannya yang menghantarnya menjadi seorang backpacker. Dahulu sebuah kejadian menimpa Raga, membuatnya mati suri dan menemukan sebuah cahaya putih yang menyilaukan. Raga berusaha menyentuhnya, sayangnya dia terbangun sebelum sempat mengetahui apa atau siapa cahaya putih itu. Berangkat dari itu mengantar Raga menjadi seorang pecinta yang cintanya tak lagi berfokus pada wanita tapi pencarian cinta menuju penciptanya. Meski hal itu memilukan hati Al, namun menggeser Raga di posisi hatinya sungguh sulit.

Tiba saat Al berkisah, ia menceritakan tentang kehidupan seorang temannya yang menghantarkan Al keluar sebagai seorang pemenang pada malam itu.

Film arahan Happy Salma ini merupakan salah satu film yang asyik dan menyisakan  bekas bagi penontonnya dari 5 film dari Rectoverso, kumpulan cerita pendek karya Dewi Lestari. Film ini nyaris dikatakan sempurna mengingat baiknya olah emosi dari scene demi scene, meski mungkin pada awalnya kisahnya sedikit menjenuhkan tapi akhir dari film ini mampu memperbaikinya.
***

Ku coba semua, segala cara
Kau membelakangiku 
Ku nikmati bayangmu
Itulah saja cara yang bisa 
Untuk kumenghayatimu 
Untuk mencintaimu

Sesaat dunia jadi tiada
Hanya diriku yang mengamatimu 
Dan dirimu yang jauh di sana 
Ku tak kan bisa lindungi hati 
Jangan pernah kau tatapkan wajahmu 
Bantulah aku semampumu

Rasakanlah...
Isyarat yang sanggup kau rasa 
Tanpa perlu kau sentuh
Rasakanlah...
Harapan, impian, 
Yang hidup hanya untuk sekejap
Rasakanlah...
Langit, 
Hujan,
Detak, 
Hangat nafasku...

Rasakanlah...
Isyarat yang mampu kau tangkap 
Tanpa perlu kuucap, 
Rasakanlah...
Air, 
Udara, 
Bulan, 
Bintang
Angin, 
Malam,
Ruang, 
Waktu, 
Puisi...
Itulah saja cara yang bisa  
Untuk menghayatimu...
Untuk mencintaimu...
(Lirik lagu Hanya Isyarat)

  • Share:

You Might Also Like

1 comments