Bahasa Prolog dibangun atas dasar pemrograman alamiah dan logika. Untuk itulah lahir nama Prolog, yakni singkatan dari programming in Logic.
Prolog juga meruapakan bahasa deklaratif, maksudnya, jika kita memberikan fakta dan aturan, maka Prolog akan menyelesaikan problem secara deduktif, atau dari sekian banyaknya aturan dan fakta kemudian diturunkan kesimpulan sebagai jawaban, pemrograman Prolog hanya memerlukan fakta dan aturan atas masalah yang ingin diselesaikan dan Prolog dibiarkan untuk menentukan sendiri bagaimana mencari jawaban.
Penulis : Risa Amrikasari
Penerbit : Rose Heart Publishing
Dicetak oleh : PT. Gramedia
Ukuran Buku : 109 mm x 174 mm x 20mm
Jumlah Halaman : 352 lembar + xx halaman
Content Buku :
Especially For You adalah buku kumpulan artikel motivasi diri yang ditulis oleh Risa Amrikasari yang merupakan sebagian kecil dari artikel pilihan yang dibuatnya selama tiga tahun terakhir ini. Sebagian besar dari artikel yang ada di buku ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi sang penulis yang senantiasa mengamati peristiwa-peristiwa di sekitarnya, terutama hal yang berkaitan dengan perempuan.
Especially For You adalah buku kedua yang terbitkannya, sebelumnya Risa Amrikasari dan para blogger Indonesia menerbitkan kumpulan cerita hukum yang berjudul GOOD LAWYER, buku yang edukatif ini mengajak pembacanya mengenal hukum dengan cara sederhana dan menyenangkan melalui buku yang spektakuler, satu-satunya dan pertama di Indonesia.
Buku yang berjudul lengkap ‘Especially for You - A Collection of Self Motivation Articles for Tough Women Only (Kumpulan Artikel Motivasi Diri)’, ini berisi 65 artikel yang memang banyak membongkar pikiran para perempuan. Bagaimana perempuan dalam menjalani kehidupan mereka saat ini, bagaimana perempuan dalam paradigma para pria dan masyarakat umum, bagaimana sudut pandang perempuan tentang kehidupan dan realitas, bagaimana kebanyakan perempuan diperlakukan saat ini, dan bagaimana seharusnya perempuan bersikap terhadap semua yang dihadapinya.
Diakuinya bahwa artikel-artikel yang dimuat dalam buku ini adalah hasil perenungan Risa Amrikasari akan nasib para perempuan di Indonesia yang masih saja terbelenggu oleh hal-hal yang sering kali merugikan kaum perempuan itu sendiri. Especially For You diharapkan menjadi media transformasi pengalaman dan pemikiran Risa Amrikasari terhadap para perempuan sehingga visi dalam mencerdaskan kaum perempuan agar dapat berpikir bebas tercapai. Risa Amrikasari sangat berharap agar para perempuan akan menemukan kembali jati dirinya sebagai perempuan sehingga pantas mendapatkan yang terbaik bagi dirinya.
Keragaman muatan dari artikel pada buku ini semoga dapat memperkaya wawasan setiap perempuan yang membacanya. Tidak hanya membahas masalah pelecehan atau kekerasan yang marak diperkarakan saat ini, permasalahan yang kebanyakan orang pandang sepele juga tak luput dari pembahasan Risa Amrikasari. Pandangannya tentang kaum perempuan yang tidak boleh tunduk tertindas, atau hanya berdiam diri atas segala bentuk intimidasi yang dialaminya tertuang dalam buku ini. Buku ini menyuarakan kekecewaan dan ketakutan yang dialami mayoritas perempuan di negeri kita. Free speech juga menjadi poin penting yang ingin disampaikan Risa Amrikasari dalam bukunya ini, bagaimana kita harus berani menyuarakan suara hati dan pikiran kita, juga bagaimana mengajak orang-orang di sekitar kita untuk mau menyuarakan hal-hal yang dialaminya.
Adanya motivasi yang begitu kuat dialirkan Risa Amrikasari ke dalam setiap artikelnya. Ada semacam energi positif yang coba dibagikannya. Keterbukaannya dan kebebasannya dalam berpikir betul-betul dituangkannya dalam setiap kata-kata dalam buku ini. Risa Amrikasari begitu mengharapkan apa yang disampaikannya melalui buku ini bisa menjadi salah satu metode pembelajaran bagi kaum wanita, setidaknya mengubah beberapa hal yang cukup fundamental namun selalu merugikan pihak perempuan. “Kaum Perempuan di Indonesia harus Pintar!”, ungkapnya.
Especially For You hadir dengan tidak bermaksud menggurui siapa pun, itu bukan poin yang ingin diutarakan Risa Amrikasari. Buku dengan artikel-artikel yang ‘real’ ini, setidaknya hadir menjadi pegangan bagi setiap kaum perempuan. Sudah tidak jamannya lagi kita tertinggal, sudah saatnya kita bergandengan tangan dan saling memberikan kekuatan demi kemajuan dan kemerdekaan berpikir para perempuan di Indonesia, bukankah setiap agama mengajarkan kita apa dan bagaimana kesetaraan gender itu?
Ketegasan sang penulis tentang betapa peduli dirinya terhadap kemajuan para perempuan disampaikannya di sampul buku ini, “Yang saya tulis adalah berbagai kenyataan yang sering diabaikan atau mungkin dihindari oleh orang-orang karena takut menyinggung perasaan. Jika anda tersinggung setelah membaca tulisan di buku ini, saya mengerti dan itu hal yang wajar. Tapi saya yakin, ketika kita jujur pada diri sendiri, tulisan-tulisan ini akan membuat anda bangkit dan menemukan diri anda yang sebenarnya!”
Kaum perempuan Indonesia, selamat membaca dan selamat menemukan jati diri Anda!!!
Penulis : Zara Zetira ZR dan Blogger Indonesia.
Penerbit : Rose Heart Publishing
Dicetak oleh : PT. Gramedia
Ukuran Buku : 134 mm x 199 mm x 12 mm
Jumlah Halaman : 306 lembar + 2 lembar sampul
Content Buku :
Buku ini adalah buku kumpulan cerita-cerita pendek bertemakan hukum yang merupakan karya para Blogger Indonesia yang tergabung dalam Rose Heart Writers (RHW) yang didukung sepenuhnya oleh penulis kondang Zara Zettira ZR.
Adapun keberagaman cerita dalam buku ini merupakan implementasi dari kebaragaman para penulisnya sendiri, tak terelakkan juga adanya pengaruh etnis dan paradigma mereka memandang kesusasastraan sebagai media pembelajaran hukum yang cukup relevan.
Buku kumpulan cerita hukum yang satu ini bukan buku pertama buah karya para blogger, sebelumnya, misalnya buku yang lahir dari 3 blogger yang berbeda daerah dan profesi telah lebih dahulu menunjukkan kebolehan mereka.
Lantas apa yang membedakan buku ini dengan yang lainnya. Ini adalah buku kumpulan cerita pertama dan satu-satunya di Indonesia yang bertemakan hukum, yang berisikan cerita-cerita pendek yang mengemas hukum sedemikian rupa sehingga kesan ‘menjenuhkan dan berat’ dilupakan oleh pembacanya. Belajar akan sesuatu hal tidaklah mesti ditempuh hanya dengan membacanya, atau mengambil penjurusan tentangnya, melainkan menggunakan cara atau metodologi terefektif untuk mengerti hukum misalnya.
Pandangan betapa complicated-nya semua yang berbau hukum merupakan paradigma yang ingin diubah oleh Risa Amrikasari, pimpinan Rose Heart Publishing, penerbit buku ini. Buku kumpulan cerita hukum ini juga diharapkannya mampu menjadi media pembelajaran tentang hukum itu sendiri. Setidaknya cerita-cerita pendek yang ada di dalam buku ini menjadi gambaran kita tentang apa yang harus kita lakukan jika saja salah satu dari cerita tersebut menjadi realita dalam hidup kita atau mungkin mendidik kita bagaimana menghadapi persoalan-persoalan hukum yang mungkin akan kita jalani.
Pada akhirnya masyarakat tidak kaku lagi membahas masalah hukum dan juga secara tidak langsung mereka dapat mengetahui tentang hak-hak dan kewajiban mereka yang telah dilindungi oleh Undang-Undang negara ini dengan metode yang lebih mudah mereka pahami, tidak hanya dengan mengahapal satu per satu, tapi lebih dalam lagi adalah mengerti tentangnya.
Saat ini bukan lagi zaman dimana hukum hanya direkatkan bagi orang –orang yang berpendidikan tinggi, cerdas atau bernalar melainkan menjadi ilmu pengetahuan bagi siapa saja dan mudah untuk ditelaah.
Nah, siapa bilang belajar hukum menyulitkan?
Tepat pukul 14.25, saat terik matahari mulai mengalah membakarhangus atau setidaknya memanasi bumi. Andika mengajakku bermainbasket di halaman rumahnya bersama teman-teman kelasku di SMAN 1 Cakrawala. Aku pun merespon ajakan itu dengan gerakan tubuh berjingkrak-jingkrak--memberi kesan sangat bahagia.
Aku lalu masuk ke kamar mengambil sport shoes-ku dan mengganti bajuku, kemudian berlari menuruni tangga menuju teras menghampiri Andika yang sudah menungguku, tiba-tiba suara Mom--panggilan kesayanganku dan kakak-kakakku terhadap Ibu, menghalangi kepergianku, "Anggun, mau kemana?"
"Ke rumah Andika", jawabku singkat.
Mom kemudian berjalan mendekatiku, melihat penampilanku, lalu bertanya pada Andika, "Kalian tidak akan belajar kelompokkan?"
"Tidak Bu, kami mau main basket", jawab Andika sopan.
"Tapi cuaca sangat cerah bahkan terasa panas saat ini, sebaiknya kalian bermain basket jam 4 saja", komentar Ibu.
"Tapi teman-temanku sudah keburu pulang Mom", ujarku manja, berharap Mom mau menerima alasan klise-ku disertai dengan raut wajah yang ku buat cukup memelas, itu menurutku.
"Terik matahari bukan sesuatu yang baik untukmu Anggun, mengerti!"
"Tapi Mom".
"Maaf yah Andika, nanti jam 4 kamu kembali lagi menjemput Anggun untuk bermain basket".
"Iya Bu. Aku pulang dulu yah Anggun. See you", ujarnya sambil tersenyum puas untuk sebuah kemenangan atas 'terik matahari' yang diperolehnya, hanya karena dia seorang pria. Lalu Andika beranjak meninggalkan kami, meninggalkan ku dalam suasana dimana seorang wanita harus menjalani masa karantina di saat matahari bersinar menerangi bumi.
"Mom", ujarku menyapa Mom, mencoba membela hak untuk memperoleh kesamaan perlakuan atas diriku.
"Kenapa aku tidak boleh bermain di bawah terik matahari?Kenapa Ariel atau teman-teman priaku boleh? Kenapa terikmatahari hanya diperuntukkan bagi sebagian besar kaum Adam?", ujarku mendetail.
"Karena kamu seorang wanita, sayang", jawab Adinda, kakakku, sambil melangkah maju mendekati Mom kemudian mencium kedua sisi pipi Mom sambil tersenyum riuh melihat penampilanku yang lebih seperti seorang aktris yang sudah berdandan untuk tampil pada sebuah drama, tapi tiba-tiba tidak bisa pentas hanya karena sebuah pengumuman yang mengejutkan, bahwa semua pemeran dalam drama itu adalah PRIA.
"Mana suamimu Adinda?", tanya Mom.
"Mas Rizal masih di Padang Mom".
"Kapan proyeknya selesai?".
"Bulan depan Mom".
"Hello, i'm here. Aku manusia juga lho, memangnya aku kacang, lantas dikacangin", celetukku sambil memasang muka cemberut.Mom dan kakakku, Adinda, hanya tertawa melihat reaksiku.
"Yang bilang kamu kacang siapa, lagian kalau kam kacangmendingan dibikin selai kacang terus dimakan dengan roti. He...he...he....".
"Kakak", kali ini rona wajahku betul-betul membentuk raut wajah 'sangat cemberut'.
"Udah Adinda, jangan ganggu adikmu", tegur Mom, mencoba menangkank.
"Mom, jawab dong pertanyaanku".
"Jawabannya sama seperti jawaban kakakmu. Ya, karena kamu wanita, Anggun".
"Memangnya kenapa kalau Anggun seorang wanita? Apa terik matahari hanya diperuntukkan untuk para pria?".
"Terik matahari untuk semua alam semesta, sayang. Bukankah di sekolah kamu telah belajar, bahwa sumber cahaya bagi alamsemesta adalah matahari. Jadi matahari diperuntukkan untuk semuanya ", jawab Adinda mencoba mengingatkanku tentang fungsi matahari, pelajaran yang dahulu lebih ku kenal dengan nama Ilmu Pengetahuan Alam semasa sekolah dasar.
"Kalau memang untuk semuanya, kenapa ada pengecualianterhadap wanita?", tanyaku.
"Pengecualian? Ini bukan pengecualian, sayang. Hanya sajaterik matahari terkadang menjadi trouble bagi kita kaum wanita. Saat ini ketika semua keadaan berubah sebagai akibat dari globalisasi atas modernisasi, terjadi pula pergeseran nilai", ujar Adinda menjelaskan keadaan zaman yang menurutnya kini terlalu banyak terjadi pergeseran nilai yang tidak hanya menyentuh paradigma bahkan norma dalam kehidupan bermasyarakat kita.
"Globalisasi? Pergeseran nilai? Apa maksud dari semua itu?", tanyaku, tak mengerti dengan semua pejelasan kakakku, ngapain coba bawa-bawa globalisasi dan modernisasi, kalau yang dibahassekarang tentang makhluk yang berejenis kelamin WANITA, yaitu bagaimana seorang wanita bisa mendapat perlakuan yang sama, bagaimana dia medapatkan hak dan kebebasan layaknya yang diperoleh para pria.
"Sabar adikku. Maksudnya, dahulu seorang wanita dianggap menarik jika dia mengenakan kebaya, makai sarung atau rok sampai matakaki, sehingga paha, betis bahkan mata kakinya tak tampak, rambut mereka panjang dan hitam lekam yang terkonde rapidengan warna kulit sawo matang yang terkesan natural, itu dari segi tampilan fisik kita belum membahas masalah norma mereka,tapi sekarang dengan banyaknya pengaruh dari barat atau pihak luar yang tidak mampu kita filter melalui alat yang bernama'agama, budaya, dan aturan', imbasnya terjadi perubahan pola pikir tentang bagaimana memandang seorang wanita", ujar Adinda panjang lebar, seperti seorang ilmuwan yang baru menemukan formula baru, formula yang sangat dinanti-nanti oleh kaum ibu-ibu, yaitu formula agar suami tidak kecantol wanita lain alias berselingkuh atau alih-alih berpoligami.
"Anggun biasa lihat model-model atau style gadis-gadis ataugaya hidup dan penampilan selebritis ibukota?", tanya Mom danaku hanya mengangukkan kepala pertanda 'ya'.
"Mereka memiliki gaya hidup yang sudah cenderung ke-barat-baratan", ujar Adinda.
"Menurutmu, secara keseluruhan, sebutkan type-type cewekidola atau idaman pria saat ini. NGgak usah jauh-jauh, type cewek yang bagaimana sih yang Andika dan teman-temanpriamu suka?", tanya Adinda padaku, kemudian memperlihatkankusebuah catalog produk kosmetik dan fashion terbitan luar negeriyang dipegangnnya dari tadi.
"Coba lihat secara seksama", tegas Mom.Sembari melihat-lihat content catalog itu, Mom dan Adinda sesaatpergi meninggalkanku. Mereka pasti sedang menimbang berat badan mereka, kemudian saling mengoreksi kemulusan serta kemolekanwajahnya masing-masing, ujarku dalam hati.
Sebuah rutinitas yang selalu Mom dan kakakku lakukan setiap kali mereka bertemu.Lima belas menit kemudian mereka keluar dari 'ruang kecantikan'itu, tentunya setelah saling berkonsultasi tentang masalah kecantikan, lebih tepatnya saling mengoreksi dan memberirujukan produk mana yang terbaik.
Sebuah rutinitas yang selalu Mom dan kakakku lakukan setiap kali mereka bertemu.Lima belas menit kemudian mereka keluar dari 'ruang kecantikan'itu, tentunya setelah saling berkonsultasi tentang masalah kecantikan, lebih tepatnya saling mengoreksi dan memberirujukan produk mana yang terbaik.
"Bagaimana?", tanya Mom.
"Wanita seperti apa yang paling banyak menarik perhatian priasaat ini?", sergah Adinda, sambil meminum teh yang gulanya berkalori rendah dengan alasan untuk tetap menjaga keseimbangan berat badannya, bukan demi menjaga kesehatannya.
Dengan penuh kegelian melihat pola pikir tidak sedikit priayang menomorsatukan tampilan fisik setiap wanita yang ditemuinya,aku menjawab,"Seorang wanita yang proporsional menurut sebagian lelaki saat ini adalah wanita yang kulitnya putih mulus tanpa lecet sedikit pun, memiliki berat badan yang ideal atau langsing dan tentunyaberparas ayu nan cantik".
"Tepat sekali", ujar kakakku, seolah jawabanku adalah pujianbaginya.
"Maka dari itu, Mom melarangmu bermain basket saat mataharimasih bersinar terang, karena itu dapat membuat kulitmuterlihat kusam dan gelap", ujar Adinda seolah membenarkan tindakan Mom yang melarangku keluar untuk mendapatkan terikmatahari.Namun, aku segera berkata,
"Tapi aku bukan drakula yang takut sama matahari, Mom".
"Kamu tuh, memangnya Mom ini keturunan drakula. Tidak, sayang".
"Bukankah setiap wanita selalu ingin menjadi pusat perhatiandi lingkungan sekitarnya, dan selalu ingin menjadi wanita idaman pria?", tanya Adinda, mereka berdua bergantian meluncurkan pertanyaan dan argumentasi terhadap setiap reaksiku.
"Iya sih", jawabku pasrah.
"Maka dari itu jadilah sosok wanita yang proporsional itu, sayang", ujar Mom penuh harapan.
"Tidak, aku tidak mau".
"Apa maksudmu dengan tidak mau?", tanya Mom.
"Aku tidak mau menjadi wanita berkulit putih mulus yang tidakmerasakan terik matahari, yang sinarnya dikala pagi hari menjadiobat karena mengandung vitamin D. Aku tidak mau menjadi wanita yang tersiksa oleh menu diet atau menjaga lidahnya dari kelezatan makanan yang halal untuk dimakannya, hanya karena ingin mendapatberat badan yang ideal. Aku tidak mau menjadi wanita yang rumit,sulit dan ekstra perhatian terhadap wajah yang cantik denganproduk-produk yang harganya terbilang tidak murah atau denganramuan kecantikan yang baunya menyengat dan pemakaiannya banyak menyita waktuku. Aku tidak mau", ujarku mendetail namun tegas.
"Mom, bukankah tidak semua pria melihat kita wanita daritampilan fisiknya saja", tanyaku pada Mom mencoba mencari celahagar aku memenangkan perdebatan yang menurutku tidak seimbangini, bagaimana tidak ini adalah perdebatan 3 orang wanita,2 orang pro untuk tidak merasakan terik matahari, menjaga beratbadanny dan merawat kecantikan wajahnya sedang seorang lagikontra.
"Iya sayang, tapi wanita ditakdirkan menjadi makhluk yang telaten dalam hal merawat dirinya", jawab Mom mencoba mancari dukungan dari kakakku.
"Lagian, kalau kita terlihat menawan dan cantik, bukankah itusebuah penghargaan atas jerih payah kita dalam menjalani'ritual ke'ideal-an wanita' kita?", tanya Adinda padaku.
"Iya aku tahu kakak. Tapi aku hanya mau menegaskan bahwa tidak semua pria melihat kecantikan fisik setiap wanita, tapi ada juga yang lebih melihat inner beauty seorang wanita", sanggahku.
"Berkulit putih, bertubuh langsing, dan beraparas ayunan cantik merupakan keinginan tidak sedikit wanita yang mendahulukan penampilannya dengan berbagai alasan yang logismaupun nn logis, tapi menjadi sosok wanita ideal adalah menjadiseseorang yang tak hanya parasnya yang cantik tapi juga tuturkata dan hatinya. Cantik itu perlu, tapi bukan berarti lantas kita membatasi diri kita, bahkan terkesan menyiksa kita, tidakkah kita berakal untuk mencari solusi yang terbaik".
"Iya sih", ujar Adinda. Mom dan Adinda sesaat diam, aku tak peduli apa yang mereka lakukan dalam kebisuan itu, merenung, pasrah atau diam untukmencari sanggahan yang lain, aku tak peduli."
Sore, Anggun kita jadikan main basketnya?". tanya Andika memcahkan keheningan. Mom langsung tersenyum, pertanda aku diperbolehkan keluardengan Andika.
"Andika".
"Ya, Bu".
"Mulai besok, kamu boleh mengajak Anggun main basket, kapan pun kalian inginkan".
Thank Mom, ujarku dalam hati sembari memberi senyuman terindah yang kumiliki, lalu beranjak pergi bersama Andika.
Memang benar lirik yang dilantunkan Crisye, kalau masa yang paling indah itu memang masa di kala kita SMA atau setingkatnya. Bagiku masa di MAN memang masa pelangi, masa suka cita berbaur jadi satu. Masa di mana saya mulai mengenal arti persahabatan yang sampai saat ini masih terjalin utuh.
Masa di mana saya mulai mengenal yang namanya cinta, walaupun sebagian besar orang bilang itu hanya cinta monyet, bagiku yang penting itu tetaplah cinta, terserah mau cinta apa. Masa di mana terjadi transisi menjadi gadis remaja karena memang sudah waktunya berproses, meski itu membuatku terkadang merasa sedikit risih.
Masa di mana saya mulai mengenal yang namanya cinta, walaupun sebagian besar orang bilang itu hanya cinta monyet, bagiku yang penting itu tetaplah cinta, terserah mau cinta apa. Masa di mana terjadi transisi menjadi gadis remaja karena memang sudah waktunya berproses, meski itu membuatku terkadang merasa sedikit risih.