Let's Talk About Senior High School

By Surya R. Labetubun - October 23, 2010

Memang benar lirik yang dilantunkan Crisye, kalau masa yang paling indah itu memang masa di kala kita SMA atau setingkatnya. Bagiku masa di MAN memang masa pelangi, masa suka cita berbaur jadi satu. Masa di mana saya mulai mengenal arti persahabatan yang sampai saat ini masih terjalin utuh.

Masa di mana saya mulai mengenal yang namanya cinta, walaupun sebagian besar orang bilang itu hanya cinta monyet, bagiku yang penting itu tetaplah cinta, terserah mau cinta apa. Masa di mana terjadi transisi menjadi gadis remaja karena memang sudah waktunya berproses, meski itu membuatku terkadang merasa sedikit risih.



Hadir dengan sosok sangat tomboy dan bawel adalah perpaduan yang cukup aneh, bukankah kebanyakan gadis manja yang rada bawel bukan sebaliknya, cewek tomboy kayak aku. Ini mungkin karena orang tuaku yang selalu saja mengajakku berdiskusi atau sekedar berbagi cerita tentang pengalaman yang kulalui setiap harinya di sekolah, tentunya sisi kenakalanku selalu menjadi hal yang tidak akan aku ceritakan, bukannya takut, orang tuaku terlalu demokrasi dan sangat mentolelir diriku, maklum aku anak perempuan mereka satu-satunya, lagi pula selama ini tidak ada seorang pun temanku yang mengeluh dengan keresekanku.


Dengan sosok seperti itu ditambah lagi gayaku yang rada urakan dari segi kombinasi warna pakaian, ternyata masih ada juga yang mau berteman denganku, teman pertamaku seorang gadis manis, aktif dan pintar, namanya Nuni. Dia alumni dari salah satu pondok pesantren tersohor di kota ini, sungguh tak heran jika dia mahir berbahasa Arab ditambah lagi kemampuannya menghafal beberapa ayat al-qur'an dan hadist berhasil membuatku tersihir menjadi sahabatnya.

Sekalipun demikian dia adalah sosok wanita yang cukup tegas dan heboh rupanya, setiap kali berdiskusi di kelas, pasti dia bersuara, entah bertanya atau sekedar menjawab pertanyaan peserta diskusi. Dialah sahabat pertamaku.

Ternyata bukan hanya Nuni saja yang khilaf mau menjadi temanku, ada juga cewek cantik, santun dan tentunya pintar sudi berteman denganku, Acca panggilan akrabnya. Bagiku cewek yang satu ini adalah sosok cewek yang tidak mudah menyerah dan tekun, hal itu dibuktikannya kepada kami sahabatnya saat ini, cita-citanya menjadi seorang dokter pun dibuktikannya.

Cuma cewek yang satu ini hobinya berkelahi dengan seorang anak lelaki yang bernama Muaz. Pernah suatu kali saking serunya perkelahian di antara dua insan ini, Acca secara spontan merobek saku Muaz, ngeri bukan, ternyata Acca tidak hanya pandai melantunkan ayat al-qur'an dengan suara merdunya tapi lebih parah lagi kalau marah bisa menyobek-nyobek baju, sepertinya saya harus mikir 2 sampai 5 kali kalau mau berseteru dengan cewek ini.

Perseteruan Muaz dengan Acca bukanlah hal yang serius, biasanya setelah berkelahi mereka bisa menjadi teman yang sangat akrab, itu bisa membuat saya dan Nuni menjadi heran dengan mereka, pernah terbesit di hatiku untuk menjodohkan Acca dengan Muaz, setidaknya dunia ini akan aman dan damai jika mereka akur-akur saja, tidak ada tragedi sobek menyobek baju atau acara kelas berantakan karena mereka habis lari-larian dan menggeser semua meja yang mereka lalui, tapi itu hanya salah satu ide gilaku saja.

Walaupun demikian Muaz hadir menjadi satu-satunya sahabat pria di antara kami, Muaz adalah sosok cowok yang keras kepala, religius dan super duper aktif, dengan parasnya yang cukup tampan saya rasa tidak sedikit teman-teman cewek kami yang jatuh hatinya padanya, mungkin kecuali aku, solanya cowok yang satu ini cukup keras kepala bagiku, tapi aku sangat senang bisa menjadi sahabatnya karena dia mampu memainkan instrumen dilwani dulhani lejayengge dengan gitar, itu sudah membuatku sangat senang.

Itulah mereka, kami berempat menjadi sahabat di kelas itu, Muaz, Acca, Nuni dan aku. Tetapi ini semua masih awal dari sebuah persahabatan yang luar biasa, dimana tidak hanya empat orang saja yang berhimpun tetapi 8 orang dengan kemampuan yang berbeda, dengan keunikan sikap mereka, tetapi tetap satu hati, itulah Sexy Eight, nama geng kami, tapi bukan geng mafia atau apa, geng ini adalah rumah keduaku ketika maslaah menimpaku juga bagi yang lainnya.

Bagiku persahabatanku di Sexy Eight tidak bisa lekang oleh ruang dan waktu, bagiku kami boleh terpisah secara fisik tapi tidak denga hati kami dan itulah arti persahabatan yang sebenarnya.

Memang sudah terbukti berbicara tentang masa-masa sewaktu di SMA alias MAN memang tidak ada matinya. Ini bukan hanya tentang perubahan fisik yang kita alami semasa itu, tidak juga dengan perubahan paradigma kita tentang sesuatu, sekalipun mengenai transisi perilaku memang menjadi hal yang paling menghiasi hidup kita di kala itu. Itulah masaku.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments