Cinta Dan Pengkhianatan

By Surya R. Labetubun - January 29, 2011

Sumber: amiematsura.wordpress.com
Malam ini Makassar diguyur hujan sangat deras, sampai-sampai tak ada tempat yang dibiarkan kering. Walaupun demikian, tidak mengurangi aktifitas manusia-manusia yang sibuk dengan kegiatan dan fikiran mereka. Di jalan-jalan protokol nampak mobil, motor, dan kendaraan roda tiga lalu lalang atau bahkan saling merapat membentuk barisan bak jejeran semut, macet.


Malam ini seperti keadaan cuaca di luar sana, sebentar-bentar daratan ini diguyur hujan yang sangat lebat, sesaat kemudian kembali cerah, lalu beberapa waktu selanjutnya hujan lagi, seperti itulah kegalauan hatiku. Untuk sesaat diriku sangat sedih, namun beberapa menit kemudian kudapati aku senang, bahkan bimbang.

Air mataku tak tertahankan mengalir di kedua belah pipiku, membentuk sungai-sungai kecil. Mataku pun tampak sembab olehnya, hatiku pilu, lirih dan sakit. Saat ini aku hanya ingin seorang diri, tak ada seorang pun menemaniku, bahkan sahabat-sahabat atau saudaraku, tolong biarkan aku hidup sendiri. Andaikan kota ini banyak hutan-hutan kecilnya yang asri, mungkin aku mau menjadi Tarzan di era modern ini, demi mendapatkan tempat untuk menyendiri.

Dalam kesendirianku, kesedihan memeluk erat diriku, dan kegalauan menyelimutiku. Entah sudah berapa banyak tetesan air mata mangalir deras, membekas di wajahku. Hatiku yang kini kian sakit menerima semua kenyataan ini. Oh Tuhan, haruskah ini terjadi lagi, piluku dalam hati.

Entah untuk keberapa kalinya hatiku terluka lagi. Lagi-lagi dengan persoalan yang sama.Katanya cinta itu indah, tapi mengapa begitu menyakitkan bagiku. Katanya cinta itu suci, tapi mengapa bisa ternoda oleh sebuah pengkhianatan. Sudahlah, teori-teori cinta yang selama ini membuat hatiku berbunga-bunga nampaknya tak bisa lagi menyiasati kenyataan pahit yang menimpaku.

Dirimu yang telah kunanti 2 tahun lamanya dalam pengaharapan yang tiada tara. Bahkan dalam penantianku itu tak kubiarkan cinta-cinta yang lain mencoba singgah di hatiku. Kepercayaan bahwa kau akan kembali, dan kita bersama-sama merajut jalinan kasih yang suci selalu menjadi alunan melodi yang indah setiap kali mataku terbuka menatap indahnya sang fajar, tak jarang juga menjadi penghibur diriku dikala kerinduan dan keraguan melandaku. Namun, penantianku, kepercayaanku, dan cintaku telah kau bayar dengan memilih bersama wanita lain. Keputusan yang sangat menyiksaku sekarang, dan hari-hari berikutnya.

Entah berapa lama lagi luka ini akan terobati. Entah kapan hati ini akan percaya lagi yang namanya cinta.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments