Ladies, Let's Think Out Of The Box

By Surya R. Labetubun - February 10, 2011


Sumber: businessoffashion.com
Gemuk, sebuah kata yang membuat tidak sedikit wanita menjerit, resah, sedih, bahkan terkesan bak spesies virus berbahaya tanpa vaksin. Berbagai upaya ditempuh demi tak mendapat sebutan ‘gemuk’.

Mulai dari bersahabat dengan obat-obatan herbal ataupun non herbal, hampir membuat aktivitas mereka terhambat karena seringnya bersua dengan toilet. Tak cukup itu, bahkan tak jarang melirik tindakan medis yang dianggap rasional, mengikuti serangkaian ritual permak ala dunia kedokteran, besar harapan bobot badan mereka menurun.

Adapula yang menyiksa tubuh mereka dengan berbagai macam kegiatan olah tubuh, meningkatkan aktivitas tubuh, atau melakukan gerakan-gerakan hingga tubuh mereka mandi, basah keringat sendiri.

Hal paling sering dilakukan bahkan dianggap lumrah; diet, pun dilakukan. Menghindari berbagai menu makanan yang menggoyang lidah, mengangkat bendera perang dengan santapan yang menggiurkan, atau memutuskan hubungan dengan masakan favorit.

Dogma tentang wanita ideal selalu terbayang-bayang di benak para wanita. Mulai dari warna tubuh yang putih, kulit mulus, tubuh langsing, dan tinggi semampai. Jelas tidak ada salah dengan criteria tersebut, namun tidak sedikit dari banyak wanita yang bekerja ekstra keras guna memiliki semua criteria itu.

Rakus? Tunggu dulu, memenuhi kesemua kriteria tersebut belum tentu mengindikasikan kerasukannya, mungkina dia hanya melihat realitas di sekitarnya yang menuntutnya demikian. Lingkungan yang disalahkan? Tunggu dulu karena tidak semua orang di sekitar anda beranggapan demikian.

Marilah sejenak kita menelaah parameter seseorang dikategorikan gemuk atau tidak, jangan main sapu rata, mau pnedek atau tinggi, pria atau perempuan, asal melihat tubuh mereka padat bersisi, anda dengan seenaknya menganugerahkan gelar ‘gemuk’, tolong jangan terlalu iri dengan badan mereka yang berisi. Bisa jadi mereka lebih sehat ketimbang anda!!

Menurut Prof. Dr. Slamet Suyono, beliau guru besar ilmu penyakit dalam di Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, yang menentukan apakah orang itu gemuk atau tidak adalah dengan menggunakan metode INDEKS MASSA TUBUH (IMT). Indeks massa tubuh tersebut menggunakan cara dengan membagi berat badan dalam kilogram (kg)  dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (m2).

IMT  = BB (kg) / TB (m2)

Berdasarkan pengklasifikasian dari World Health Organization (WHO), jika seseorang memiliki nilai IMT > 30, maka orang tersebut dikategorikan dalam kondisi gemuk dan memerlukan perhatian yang tidak sedikit, mengingat adanya keterkaitan kegemukan dengan penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, dan masih banyak lagi.

Berikut ini terlampir tabel pengkategorian tingkat berat badan seseorang berdasarkan nilai IMT.

Sumber tabel: Stefie Sierra, Yoga Beauty for Girl.
 
Misalkan seseorang memiliki berat badan (BB) 56 kg dengan tinggi badan (TB) 158 cm atau 1,58 m.

Maka = 56/(1,58)2
          = 22,43 kg/m, maka dia tergolong overweight atau gemuk dengan kondisi yang masih bisa maklumi.

Gemuk memang mesti dihindari, jika kita memandangnya dari kacamata kesehatan. Seyogyanya keidealan tubuh tidak hanya berkutat dengan tampilan luarnya saja, tetapi juga berkaitan dengan isinya. Dimulai dari tubuh yang sehat terawat, hati yang bersih, dan otak yang cerdas.

Mari berfikir di luar ‘box’ kebiasaan orang-orang. Sejatinya wanita tetaplah indah sebagaimana bunga tetaplah disebut bunga mesti tanpa tangkai dan daun.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments