Bermain Dengan Firasat - Rectoverso 2

By Surya R. Labetubun - February 21, 2013



Apa itu firasat?
Apa gunanya memiliki firasat saat kita tak mampu mencegah sesuatu?

Terkadang satu-satunya pilihan terbaik adalah menerima
(Percakapan Senja dan Ibunya)
***


Senja, si gadis pendiam yang suka mengendarai sepeda berkeranjang yang tak jarang berisi kue buatannya. Gadis ini selalu saja mendapat firasat setiap kali ada orang terdekatnya akan meninggalkannya. Ini dimulai dari peristiwa tragis yang menimpa ayah dan adiknya. Hidup berdua dengan sang Ibu yang ditemani mimpi buruk yang datang tanpa bisa dibendung.

Pada akhirnya Senja pun memutuskan bergabung dengan klub Firasat. Klub ini berisi dengan orang dengan intuisi baik, ada pula yang masih meraba kemampuan mereka, berisi pula aktivitas menguak segala yang berkaitan dengan firasat masing-masing anggota, dan di antara mereka dapat saling bertukar isi pikiran dan perasaan. Untuk gadis seperti Senja, klub ini menjadi tempat terlama yang menahan dirinya. Entah karena Senja yang sendiri masing terkadang bingung mengapa dia memiliki sesuatu yang dinamakan 'firasat', mungkin juga untuk mengasa 'firasat' itu, atau karena pesona Panca - sang ketua klub.

Panca, pria kharismatik yang hidup berpisah dengan kedua orang tuanya yang tinggal di Padang. Pilihannya itu membuat Panca hidup dengan mandiri dengan ditemani isi pikirannya yang menyatakan bahwa alam ini punya bahasa universal yang dahulu saat seseorang lahir, setiap orang pasti memahaminya. Namun, kecenderungan kehidupan yang mengajak manusia lupa atau tidak peka lagi terhadap bahasa yang alam sampaikan. Pada akhirnya pemikiran itu menghantarnya menjadi pemimpin pada kelompok firasat.

Kedekatan Panca dan Senja pada awalnya karena rutinitas pertemuan mereka pada klub itu, meski Senja-lah satu-satunya anggota kelompok yang sedari masuk tak pernah mau berbagi apa yang dipikirkan atau dirasakannya. Senja hidup dengan anggapan bahwa kalau bisa mendengar orang lain, buat apa dia menyampaikan keadaan dirinya.

Perjalanan kasih antara Senja dan Panca cukup terbilang mulus, tidak ada hal sulit yang merintangi alunan asmara mereka. Sampai pada suatu saat, Senja senantiasa mendapat firasat bahwa dirinya akan kehilangan orang didekatnya lagi, tanpa habis pikir, nampaknya ini pertanda bahwa Panca-lah orang itu.

Sambut-menyambut kondisi itu justru semakin bertambah runyam saat Panca mendapat kabar bahwa orang tuanya sakit dan keadaannya parah. Berbagai kesempatan pertemuan mereka, Senja mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan ide Panca untuk menjenguk orang tuanya. Panca dengan tenang menyampaian tentang 'kepasrahan awan' dalam kehidupan awan itu sendiri. Bagaimana siklus berulang yang mesti dilalui sebuah awan. 

Nampaknya teori itu tidak serta merta membuat Senja menerimanya tanpa penolakan. Panca tetap pergi dengan meninggalkan sebuah buku kepada Senja. Senja hanya bisa berlinangan air mata ditemani kenangannya dengan Panca, buku dari Panca, dan firasat itu.

Film yang diperankan Asmirandah (Senja) dan Dwi Sasono (Panca) serta Widyawati (Bunda) ini mengalir begitu saja tanpa sempat memberi bekas pada para penonton. Padahal nama-nama yang mengambil bagian pada film ini bukan bintang tanpa kualitas.
***


Ku percaya alam pun berbahasa
Ada makna dibalik semua pertanda
Fisarat ini
Rasa rindukah ataukah tanda bahaya
Aku tak perduli
Ku terus berlari

Cepat pulang cepat kembali
Jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau 'tuk 
Cepat pulang cepat kembali
Jangan pergi lagi
(Potongan lirik lagu Firasat)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments