Bertemu Doraemon

By Surya R. Labetubun - May 12, 2020

Sumber Gambar: kincir.com



Selepas berolahraga sore tadi, tiba-tiba saya mendengar seseorang memanggil-manggil nama saya. Saya bergegas ke pintu utama, ah, rupanya ada seorang tamu, tapi tunggu sebentar, tamu saya ini penampilannya berbeda dari manusia yang biasa bertandang ke rumah. Perlu sekitar satu menit lebih untuk memastikan bahwa tamu saya itu bukan manusia dan saya tidak sedang bermimpi. Doraemon yang kemarin rencana akan sekamar dengan saya di kamar lima sedang berdiri sembari tersenyum lebar, ia tampak persis saat tersenyum di hadapan Nobita, senyumnya sangat lebar, dan matanya menyipit hanya tampak seperti garis.
"Doraemon?"
"Iya," jawabnya.

Tampaknya tawaran teman sekamar kemarin terwujud. Dengan setengah kaget dan canggung, saya mempersilahkan Doraemon masuk ke rumah, seketika ia duduk di ruang tamu. Belum sempat saya bertanya tentang tujuannya berkunjung ke rumah saya, ia terlebih dahulu memulai percakapan.

Ia menyampaikan bahwa ia sangat senang karena saya memutuskan memilihnya, makanya hari ini ia ingin bersemuka dengan saya. Saya menimpalinya dengan menanyakan alasannya memilih saya. Saya tahu, di akun Asumsi.co kemarin, banyak yang memilih kamar nomor 5 karena ada Doraemon di sana. Ia menjelaskan tentang proses pemilihannya, bahwa semua akun yang memilih kamar nomor 5, namanya dimasukkan ke dalam sebuah aplikasi, ia kemudian memencet tombol play sehingga aplikasi akan melakukan proses pemilihan secara random, lantas keluarlah nama saya. Oh iya, metode ini sering kita gunakan untuk menentukan siapa yang bakal memenangkan arisan di setiap periode. 

Saya kemudian beralih ke pertanyaan berikutnya, saya tahu, Doraemon dan Nobita hidup sudah lama, mereka telah melalui banyak episode dan mengantarkan saya dan kalian yang masih ingusan hingga menjadi seorang remaja. Bahkan ketika kita telah lulus kuliah dan mulai mencicip aroma kenyataan kerja, Nobita dan Doraemon masih saja menemani masa kecil beberapa keponakan kita. 

Kala saya bertanya apakah Nobita tidak keberatan ia pergi, Doraemon kemudian mengingatkan saya bahwa ia dan Nobita telah memutuskan untuk menjalani kehidupannya masing-masing. Ia meninggalkan Nobita sehingga Nobita kini dapat fokus bersama keluarga kecilnya. Lagi pula, ia memang sedang ingin berjalan-jalan ke masa lalu. Masa lampau yang dipilihnya adalah mengunjungi sebuah daerah di Indonesia dengan titik koordinat 5°8′S 119°25′E, pada kisaran bulan Mei tahun 2020.  

"Bukankah kamu ingin menemuiku dan melihat semua perangkat yang berada di dalam kantong ajaibku?"
"Iya," jawabku setengah antusias sekaligus penuh tanya.
"Aku akan memperlihatkannya padamu, tapi sebelum itu, aku ingin mengajakmu berjalan-jalan dengan pintu ke mana saja."
"Tidak, jangan sekarang. Maksudku, sekitar tiga puluh menit lagi saatnya berbuka puasa. Kakakku sudah membuat es pisang ijo yang enak. Ada baiknya kita menikmatinya dulu, Doraemon."
"Baiklah"

Lantas, kami berbuka puasa terlebih dahulu. Sembari menikmati es pisang ijo, saya lebih banyak berpikir tentang tempat yang akan kami kunjungi. Tampaknya, untuk beberapa hari -pekan ini hingga lebaran tiba - saya malas meninggalkan rumah. Saya ingin menikmati banyak me time mengingat sepekan kemarin saya mesti menuntaskan 8 bahan ajar dan membuat soal akhir semester untuk 4 mata pelajaran, mana tulisan saya untuk hari ke 11 program #31harimenulis belum ada, secuil pun tak ada ide. Dan, oh iya, saya juga harus tuntas menamatkan Cantik Itu Luka bulan ini, terakhir saya ingat mas Eka Kurniawan mengisahkan bagaimana Dewi Ayu lahir dan dibesarkan Ted Stammler. Saya sudah tiga hari tidak mengunjungi mas Eka padahal telah membuat janji akan ke sana lagi, saya kemudian diserang rasa cemas, jangan-jangan mas Eka setiap hari menunggu saya dan kemudian menganggap saya mengingkari janji tersebut.

"Kamu kenapa? Sepertinya ada hal yang kamu pikirkan?"
"Iya. Hmm, tidak bisakah kesempatan menggunakan pintu ke mana saja itu ditunda di lain kesempatan? Aku ingin di rumah saja, Doraemon."
"Hmmm, apa yang kamu takutkan? Aku sudah membawa beberapa vaksin dari masa depan, kamu tidak perlu khawatir lagi dengan virus Corona."
"Saat ini aku hanya ingin menikmati hari-hari di rumah, mungkin hingga pekan depan atau menjelang lebaran."
"Kamu aneh, bisa-bisanya malah memilih di rumah padahal kemarin dengan bawelnya kamu menuliskan akan berjalan-jalan bersamaku dengan pintu ke mana saja."
"Iya sih."
"Ayolah, mari kita keluar! Aku akan mengantarmu ke masa lalu, hmm, lebih tepatnya mengantarmu ke hari kemarin, kita akan menggunakan baling-baling bambu dan menikmati pemandangannya dari atas, kita akan menyaksikan bagaimana orang-orang melalui sebuah malam dengan mengabaikan prosedur pencegahan penularan C19 demi sepotong kenangan dan romantisme sebuah gerai fastfood....."
"Kamu mengikuti akun pak Dandhy Laksono di twitter?" aku memotong penjelasan Doraemon.
"Dari mana kamu tahu?"
"Kalimatmu persis seperti cuitannya hari ini."
"Saya mengikuti semua akun yang telah dibuat di media sosial. Kamu tentu mengenal konsep big data dan data science, sistem kerja chip-ku saat ini semacam itu, mengikuti semua akun dan menyimpannya. Aku menampung semua informasi seperti jurnal ilmiah, transaksi elektronik, juga memiliki semua raw data apapun di dunia ini."
"Ahhhh....."
Saya masih terkesima dengan kehebatan yang dimiliki Doraemon, baru juga ingin mengapresiasikannya, Doraemon kembali mendesak saya, "Sudahlah, tidak usah bahas teknologi dulu. Kamu yakin dengan keputusanmu menikmati hari-hari di rumah?" 
"Iya, aku sangat ingin berleha-leha di rumah, beberapa kerjaan sangat menguras energiku, Doraemon. Lagi pula, aku sudah punya janji dengan mas Eka."
"Ahhh, kamu sedang ingin merayakan kesendirian seperti ucapanmu di tulisan kemarin?"
"Iya."
"Dan kalau pun kamu ingin beraktivitas, tampaknya mas Eka sudah terlebih dahulu memiliki janji temu denganmu."
"Hufth, iya. Maafkan aku."
"Baiklah, aku tidak bisa memasakmu."
"Padahal kamu sudah jauh-jauh datang dengan menggunakan mesin waktu. Maafkan aku."
"Tidak masalah. Aku hanya mengira kamu akan riang dengan kedatanganku yang mendadak ini. Tapi rupanya aku harus mengetahui hal-hal dasar tentang kepribadianmu, juga kepribadian pak Prabowo sebelum kita benar-benar berada di kamar nomor 5."
"Tunggu, apa itu juga berarti kamu tidak merasa kecewa atas penolakanku hari ini?"
"Aku robot, bukan manusia. Algoritmaku tidak mengenal perasaan sedalam itu, meski memang kecerdasan buatan yang ditanamkan ke dalam chip-ku terus berrevolusi."
"Terima kasih, Doraemon."
"Iya. Sampai jumpa di kamar nomor 5, ya."

Doraemon dan saya pun berpisah, sebelum kembali ke masa depan, ia menyampaikan akan bertemu dengan pak Prabowo terlebih dahulu. Sebenarnya, kedatangan Doraemon adalah ingin memberi pengalaman menggunakan perangkat canggihnya ke siapa pun yang namanya terpilih untuk menghuni kamar nomor lima - saya terpilih berkat aplikasi lucky wheel dan pak Prabowo terpilih dari tim Asumsi.co - agar kami tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan perangkat-perangkat yang kecanggihannya melebihi apa yang lahir dari indutri 4.0 saat ini. , semua tools yang kelak akan mengisi kamar nomor lima.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments