Miracle in Cell No. 5

By Surya R. Labetubun - May 11, 2020

Sumber Gambar: twitter.com/asumsico



Beberapa hari ini, saya menemukan banyak tawaran, entah ajakan serumah atau sekamar dengan orang-orang tertentu. Dan, di antara seluruh proposal itu, saya akan memilih kamar nomor 5 yang diajukan Asumsi.co.

Kenapa saya menerimanya? Ya kenapa tidak. Saya merasa kamar nomor lima yang diajukan justru menyenangkan dan paling ideal dalam melalui anjuran di rumah saja, semacam memerankan Miracle in Cell No. 5 dengan alur yang bisa saya pilih. Saya bisa membayangkan bagaimana hari-hari yang akan saya lalui saat Doraemon senantiasa berada di samping saya.

Sejak dahulu, pertama kali menyaksikan Doraemon, saya dan mungkin kebanyakan dari seluruh penonton pasti memiliki keinginan sehari saja berjumpa dengan Doraemon, si robot kucing moderen yang memiliki banyak tools atau perangkat yang memudahkan kehidupan kita. Doraemon adalah sang pemecah masalah.

Segala perangkat yang dimiliki Doraemon adalah alat mutakhir dengan kualitas super, bukan versi kaleng-kaleng. Perangkat-perangkat inilah yang kerap melayani Nobita dalam menyelesaikan masalah yang cenderung berasal dari Nobita sendiri -saya seperti sedang menceritakan diri sendiri.

Pada setiap episodenya, kita menyaksikan bagaimana Doraemon yang melambangkan cakapnya teknologi dan majunya ilmu pengetahuan mampu mengatasi masalah-masalah yang hadir dalam kehidupan sehari-hari Nobita dan keluarga.

Nobita, kalau kita cermati, melambangkan kita sebagai manusia yang kerap dikunjungi masalah demi masalah, mulai dari perkara enteng hingga pada level rumit. Dengan melihat kepribadian Nobita yang mudah menyerah dan gampang putus asa, maka kehadiran Doraemon -teknologi- menjadi jalan tengah untuk menyelesaikan semua kendala. Coba tengok bagaimana teknologi kemudian hadir dan memudahkan pekerjaan-pekerjaan manusia saat ini.

Jika kita memperhatikan lebih cermat, setiap perangkat yang dikeluarkan Doraemon menjadi berarti atau tidaknya tergantung dari tuannya, iya, sangat bergantung di tangan Nobita dan teman-temannya. Tentu saja kita selalu menyaksikan bagaimana perangkat-perangkat yang digunakan secara berlebihan, tanpa adanya kebijakan, akan menuai dampak buruk pada sebagian besar episode. Nobita selalu memperlihatkan kita kenyataan itu. Dan, kita juga tahu bagaimana banjir informasi, hoax, binge watching, dan lain sebagainya kemudian menjadi hal-hal yang kerap kita jumpai kini.


Kembali ke kamar nomor 5, hal pertama yang saya lakukan kala bertemu Doraemon, adalah, memintanya mengeluarkan semua perangkatnya dan menjelaskan mekanisme penggunaan dan fungsinya, jika perlu, saya akan meminta diberikan buku petunjuk atau manual book. Ini hanya prosedur standar saya kira, kita pasti terbiasa mengutak-atik perangkat baru yang kita miliki, dengan atau tanpa buku petunjuk penggunaan.

Setelah itu, saya akan memulai hari-hari dengan terlebih dahulu beradaptasi dengan seisi kamar. Proses membiasakan diri harus dilakukan mengingat kami akan menempuh hari-hari panjang bersama. Saya, Doraemon, dan pak Prabowo Subianto setidaknya harus saling mengenal dan mengetahui hal-hal dasar kepribadian masing-masing. Misalnya saja, saya cukup mudah kesal jika benda milik pribadi saya digunakan tanpa pemberitahuan atau mengusik susunan kerjaan yang sudah saya pilah sesuai dengan kebutuhan. Saya juga akan menyampaikan bahwa saya membiasakan diri berolahraga tiap hari dan melakukannya tanpa ada gangguan.

Jika kami sudah saling berbagi informasi, tahapan selanjutnya adalah memetakan kamar nomor 5. Kamar yang luas itu harus dipartisi terlebih dahulu sehingga kami memiliki ruang pribadi masing-masing. Saya percaya, seakrab apapun kita dengan orang lain, ada masanya seseorang ingin menjadi dirinya sendiri, utuh.

Selain membuat kamar, berhubung di kamar nomor 5 terdapat banyak buku. Maka kami akan menaruh banyak lemari buku di seluruh ruangan, ini juga memberi akses para tamu yang ingin membaca buku di kamar kami. Jika kamar dan lemari buku sudah dibuat sedemikian rupa, saatnya kami hidup dengan dunia kami masing-masing. Saya memutuskan akan sering bertandang ke kamar Doraemon jika dia lowong. Pak Prabowo pasti sibuk dengan tugas negara, jadi keakraban dengan Doraemon harus terus saya pupuk agar tidak mampus dikoyak-koyak sepi.

Saat bertamu ke kamar Doraemon, apakah kalian ini menitip sesuatu? Saya akan berusaha membantu menyampaikannya ke Doraemon. Saya yakin Doraemon pasti akan membantu kalian.

Oh iya, jika membahas perihal perangkat yang ada di kantong ajaib Doraemon. Kalian pasti masih mengingatnya kan? Beberapa peralatan yang paling berkesan bagi kita -para penonton- selain baling-baling bambu, adalah pintu ke mana saja. Rasanya selalu bahagia saat menyaksikan Doraemon mengeluarkan pintu ke mana saja. Apakah itu menunjukkan adanya sisi lain dari diri yang ingin bebas dan lepas setelah selama ini hampir mampus menghadapi hidup?

Mungkin saja, sebab, acap kali melihat Nobita dan kawan-kawan menggunakan pintu ke mana saja, ada keinginan untuk juga mengunjungi banyak tempat sembari mendiamkan segala pilu di hati untuk sementara. Untunglah, dengan memutuskan tinggal di kamar nomor 5, saya bisa mewujudkannya.

Oh iya, berhubung latarnya masa kini, maka saya memutuskan akan pergi ke negara yang penanganan pandeminya cepat dan berhasil. Kemungkinan saya akan membuat vlog selama berada di negara tersebut, vlog-nya tak melulu tentang bagaimana pemerintah menangani Covid19, tapi juga bagaimana harapan-harapan positif dan kerja-kerja kemanusiaan tetap terjadi. Ini penting bagi kesehatan mental kita.

Terakhir, masih menggunakan pintu ke mana saja, saya akan sembunyi-sembunyi untuk mengunjungi kamar nomor 2 untuk bersua dengan ibu Tri Rismaharini atau sekadar basa-basi bertamu karena dengar-dengar kamarnya bu Risma di sana suka masak-masak, atau ke kamarnya bu Susi di nomor 3. Saya mungkin sesekali bertamu di kamar nomor 4 untuk bertukar tips dan trik tentang berkebun, saya ingin sekali diajarkan menanam hidroponik serta membuat kompos.

Selain berbahagia menjalani hari-hari di kamar nomor 5 karena bisa bersama Doraemon dan meminjam pintu ke mana saja sesering mungkin, hari-hari di mana saya ingin merayakan kesendirian akan saya habiskan dengan membaca buku diselingi dengan menyaksikan House of Cards. Kalau overthinking mah sudah hampir menjadi kebiasaan sejak sepuluh tahun ini.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments