Beberapa pekan ini Efy membuat beberapa pria di kompleks perumahan tempat tinggalnya menjadi risau dan was-was. Bagaimana tidak wanita cantik dan cerdas ini dinyatakan sebagai seorang provokator dan dalang dari semua perubahan yang cukup signifikan yang terjadi pada sikap ibu, anak atau istri mereka.
Entahlah, mungkin para pria ini cukup terusik dengan sepak terjang Efy yang seolah mengkomandoi dan mengawal perubahan itu. Efy memang sangat blak-blakan ketika menyampaikan aspirasinya, baik pada saat rapat warga berlangsung, sewaktu arisan dengan ibu-ibu kompleks bahkan saat berdiskusi membahas hal-hal yang sepeleh.
Entahlah, mungkin para pria ini cukup terusik dengan sepak terjang Efy yang seolah mengkomandoi dan mengawal perubahan itu. Efy memang sangat blak-blakan ketika menyampaikan aspirasinya, baik pada saat rapat warga berlangsung, sewaktu arisan dengan ibu-ibu kompleks bahkan saat berdiskusi membahas hal-hal yang sepeleh.
Nampaknya pria-pria itu tidak mengetahui siapa Efy yang sebenarnya. Ketertarikan mereka terhadap Efy senantiasa mereka tunjukkan, bahkan terkesan berlebihan. Namun hal itu tidak pernah diindahkan Efy. Perspektif mereka tentang Efy nampaknya betul-betul berubah dengan drastis ketika salah satu pasutri di komplek itu akhirnya harus saling berhadapan di meja persidangan.
Ani seorang wanita yang sudah sekitar 8 tahun lamanya berstatus istri Anto nampaknya sudah tidak kuasa menahan derita yang selama ini dialaminya. Anto yang terkenal suka mabuk-mabukan dan sangat tempramen itu harus menanggung segala perbuatannya terhadap Ani.
Selama menjalani pernikahan, Anto memang ringan tangan, tapi Ani nampaknya terlalu cinta atau mungkin terlalu takut terhadap suaminya, penderitaan itu bagi Ani dianggapnya sebagai bumbu atau resiko dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka, sampai suatu saat Ani bertemu Efy saat arisan bulanan di rumah bu Lastri.
Efy yang merasa janggal dengan luka lebab di pipi dan lengan Ani, Efy mencoba menanyakan perihal yang terjadi pada Ani. Awalnya Ani tidak mau membahasnya, tapi atas sedikit desakan dan pengertian dari Efy akhirnya Ani mau menceritakan kepiluannya.
Selama menjalani pernikahan, Anto memang ringan tangan, tapi Ani nampaknya terlalu cinta atau mungkin terlalu takut terhadap suaminya, penderitaan itu bagi Ani dianggapnya sebagai bumbu atau resiko dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka, sampai suatu saat Ani bertemu Efy saat arisan bulanan di rumah bu Lastri.
Efy yang merasa janggal dengan luka lebab di pipi dan lengan Ani, Efy mencoba menanyakan perihal yang terjadi pada Ani. Awalnya Ani tidak mau membahasnya, tapi atas sedikit desakan dan pengertian dari Efy akhirnya Ani mau menceritakan kepiluannya.
"Ini bekas tonjok suami saya Jeung", ujar Ani samil memegang pipi kirinya, selanjutnya kedua wanita ini berbincang seperti kawan lama yang sudah lama tak jumpa.
Permasalahan yang dialami Ani membuat EFY tak tinggal diam, "Ini memang bukan masalah rumahtangga saya, tapi ini mengenai kaum saya", ujarnya ketika berbicara dengan seorang pengacara yang dinantinya akan membantu Ani menyelesaikan permasalah ini lewat jalur hukum.
"Mbak Ani dinikahi bukan untuk diintimidasi baik secara fisik maupun mental", ujar Efy.
Anto yang dulunya seenaknya menjadi subjek dalam kasus KDRT kini harus menerima ganjaran yang setimpal. Berita tentang Ani dan Efy tersebar begitu cepat di kompleks itu, bahkan terlalu cepat bagi kaum pria. Dampak dari kejadian itu menyadarkan begitu banyak wanita yang selama ini ternyata mengalami hal yang serupa dengan Ani, hanya saja ternyata keegoisan dan kekasaran para suami mereka yang membuat mereka diam seribu bahasa.
Belum lagi ketika Efy begitu gencar mengadakan pertemuan dengan para ibu kompleks setidaknya seminggu dan dua minggu sekali, materi pembahasan mereka tergantung dari masalah yang mereka alami atau yang ingin mereka tau.
Efy mendapat tempat spesial di hati para ibu kompleks, "Sudah saatnya perempuan Indonesia harus pintar", ujarnya mengakhiri diskusinya di sore hari yang tak terlupakan itu.
0 comments